B
A
S
A
B
A
!
My Inscription.
to Share my Life Events

Sejarah Singkat Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah


Assalamu'alaikum Sobat sekalian, setelah sekian lama tulisan tentang Kontradiksi ABS-SBK saya posting akhirnya tiba saatnya saya menceritakan tentang "Apasih ABS-SBK itu?" atau "Gimana sih ceritanya ABS-SBK itu?". Pada tulisan kali ini, saya akan coba menjelaskan tentang ABS-SBK dan sekaligus membahas sejarah dari TOR Adat Minangkabau tersebut. 



PENGERTIAN ABS-SBK
   "Adat Basandi Syarak" artinya adalah sistem adat atau tradisi orang Minangkabau mengacu/berlandaskan pada kententuan-ketentuan/aturan-aturan/hukum yang disepakati bersama sesuai Syarak (hukum Islam). Sedangkan "Syarak Basandi Kitabullah" menyatakan bahwa aturan/ketentuan/kesepakatan/hukum tersebut berlandaskan kepada Kitabullah (Al-Qur'an).

SEJARAH ABS-SBK
          Berbicara tentang sejarah ABS-SBK otomatis kita akan bercerita tentang peristiwa Marapalam karena ABS-SBK ini merupakan isi dari peristiwa tersebut. Peristiwa marapalam terjadi sebanyak 2x, peristiwa marapalam pertama terjadi pada Abad ke-17 sekitar tahun 1650 M di Daerah Sungayang. Peristiwa marapalam ini terjadi karena masuknya ajaran/paham wahabi radikal ke Ranah Minang, Pemuda mulai rajin bahampok (berjudi), dan kurangnya Sopan-santun para pemuda. Maka dari itu, Syeikh Burhanuddin Ulakan (ada pula yang menyebut nama beliau adalah Baharuddin) bersama 4 orang tuanku hulubalang yaitu 3 orang dari Luhak Nan Tigo dan 1 orang dari Luhak Rantau (Wilayah diluar Luhak Nan Tigo) merumuskan sumber-sumber hukum Minangkabau untuk mengembalikan aqidah-aqidah yang dipakai (sesuai dengan Ahlul Sunnah Waljamaah) dalam bentuk Piagam Marapalam
*Lima orang ini disebut dengan "Limo Sarangkai"
Bunyi isi piagam tersebut (lebih kurang) adalah
Syarak mandaki, adaik manurun;
Syarak lazim, adaik kawi;
Syarak babuhue mati, adaik babuhue sintak; 
Syarak balindueng, adaik bapaneh;
Syarak mangato, adaik mamakai;
Syarak batilanjang, adaik basisampieng;

Adaik basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

          Selang begitu lama Piagam Marapalam ini dipakai oleh masyarakat Minangkabau, masalah kembali muncul saat masa penjajahan yangmana masyarakat terpecah antara kaum Adat dengan kaum Ulama karena diadu-domba oleh pihak penjajah (Peristiwa perang Paderi). Maka, pada tahun 1831 M muncullah peristiwa marapalam ke-2 di Puncak Pato kawasan Lintau Buo Utara untuk menghilangkan perpecahan ini oleh Tungku Tigo Sajarang yang terdiri dari perwakilan Niniak Mamak (kaum adat), Alim Ulama (kaum religius), Cadiak Pandai (kaum terpelajar/cendikiawan) dengan mengikrarkan kembali dan sedikit menambahkan isi Piagam Marapalam dalam bentuk Sumpah. 

          Pengikraran piagam Marapalam itu mengalami penambahan berupa syarat wajib suatu Nagari yaitu "ba Balai, ba Musajik, ba Sasaran" (memiliki Balai Adat, memiliki Mesjid, Memiliki Sasaran Silat) sumpah itu disebut dengan Sumpah Satie Marapalam itulah mengapa Puncak Pato disebut dengan Bukit Marapalam. Peristiwa ini berhasil mempersatukan kaum ulama dengan kaum adat dan mengakhiri perang paderi pada tahun 1838 M serta mengusir para penjajah dari ranah Minang.

Monumen Tungku Tigo Sajarang, Puncak Pato (Bukit Marapalam), Lintau Buo Utara

Tokoh Paderi dapat dilihat di: https://min.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_ulama_Minangkabau


Singkatnya agar mudah diingat,
- Peristiwa MARAPALAM I : 
1650 M di Sungayang,
oleh Limo Serangkai,
menghasilkan Piagam Marapalam.

- Peristiwa MARAPALAM II:
1831 M di Bukit Marapalam (Puncak Pato - Lintau),
oleh Tungku Tigo Sajarang,
menghasilkan Sumpah Satie Marapalam.

     Demikian sejarah mengenai "Adat basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" yang telah menjadi TOR Adat bagi orang Minangkabau sampai saat ini. Cerita ini saya dapatkan dari beberapa orang Niniak Mamak dan Alim Ulama yang sudah sepuh di Lintau. 
*Saya orang Lintau Asli

Terimakasih telah membaca tulisan ini dan semoga bermanfaat,
sicerek ditapi banda,
kok rabah tolong tagakkan,
ambo ketek baru baraja,
kok salah tolong tunjuakkan.
  •  
  •  
Fauzan Putra MW Fauzan Putra MW Author

1 comment: